Kamis, 22 Desember 2016

UU ITE (Tugas)

Ini merupakan ketentuan bagi kalian pengguna teknologi informatika..
Silahkan dilihat..
UU ITE

Mr Andi (Tugas)

Banyak hal yang bermanfaat pada blog Mr. Andi sebagai referensi perkuliahan
Klik disini

KEGIATANKU dari Kelompok 4 "Ki Hajar Dewantoro" PGSD 5I UPGRIS (Tugas)

Vidio ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ICT yang berisikan mengenai kegiatan sehari - hari yang dimulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sehingga penonton dapat menerapkan pada kehidupan sehari - hari..
Selamat menyaksikan.........


Thankyuu for watching :)

Satu Tahun. Tanpamu.

01 September 2012

Satu Tahun. Tanpamu.

Aku terbangun seperti biasa. Menatap handphone beberapa lama lalu melirik diam-diam ke arah jam. Menatap langit-langit kamar yang sama. Letak lemari, meja belajar, dan rak buku juga masih sama. Tak ada yang berbeda di sini. Aku masih bernapas, jantungku masih berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. Memang, semua terlihat mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati?

Mataku berkunang-kunang, pagi tadi memang sangat dingin. Aku menarik selimut dan membiarkan wajahku tenggelam di sana. Dan, tetap saja tak kutemukan kehangatan, tetap mengigil— aku sendirian. Dengan kenangan yang masih menempel dalam sudut-sudut luas otak, seakan membekukan kinerja hati. Aku berharap semua hanya mimpi, dan ada seseorang yang secara sukarela membangunkanku atau menampar wajahku dengan sangat keras. Sungguh, aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering kukejar. Sekali lagi, aku masih sendiri, bermain dengan masa lalu yang sebenarnya tak pernah ingin kuingat lagi.

Sudah tanggal 1. Seberapa pentingkah tanggal satu? Ya... memang tidak penting bagi siapapun yang tak mengalami hal spesial di tanggal satu. Kita masuk ke bulan September. Bulan yang baru. Harapan baru. Mimpi yang baru. Cita-cita baru. Juga kadang, tak ada yang baru. Aku hanya ingin kautahu, tak semua yang baru menjamin kebahagiaan. Dan, tak semua yang disebut masa lalu akan menghasilkan air mata. Aku begitu yakin pada hal itu, sampai pada akhirnya aku tahu rasanya perpisahan. Aku tahu rasanya melepaskan diri dari segala hal yang sebenarnya tak pernah ingin kutinggalkan. Aku semakin tahu, masa lalu setidaknya selalu jadi sebab. Kamu, yang dulu kumiliki tak lagi bisa kugenggam dengan jemari.

Kita berpisah, tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi. Iya, berpisah, begitu saja. Seakan-akan semua hanyalah masalah sepele, bisa begitu mudah disentil oleh satu hentakkan kecil. Sangat mudah, sampai aku tak benar-benar mengerti, apakah kita memang telah benar-benar berpisah? Atau dulu, sebenarnya kita tak punya keterikatan apa-apa. Hanya saja aku dan kamu senang mendengungkan rasa yang sama, cinta yang dulu kita bela begitu manis berbisik. Lirih... dingin... memesona... Segala yang semu menggoda aku dan kamu, kemudian menyatulah kita, dalam rasa (yang katanya) cinta.

Aku mulai berani melewati banyak hal bersamamu. Kita habiskan waktu, dengan langkah yang sama, dengan denyut yang tak berbeda, begitu seirama... tanpa cela, tanpa cacat. Sempurna. Dan, aku bahagia. Bahagia? Benarkah aku dan kamu pernah merasa bahagia? Jika iya, mengapa kita memilih perpisahan sebagai jalan? Jika bahagia adalah jawaban, mengapa aku dan kamu masih sering bertanya-tanya? Pada Tuhan, pada manusia lainnya, dan pada hati kita sendiri. Kenapa harus kau ubah mimpi menjadi api? Mengapa kau ubah pelangi menjadi bui? Mengapa harus kauciptakkan luka, jika selama ini kaumerasa kita telah sampai di puncak bahagia?

Kegelisahanku meningkat, ketika aku memikirkanmu, ketika aku memikirkan pola makanmu, juga kesehatanmu. Aku bahkan masih mengkhawatirkanmu, masih diam-diam mencari tahu kabarmu, dan aku masih merasa sakit jika tahu sudah ada yang lain, yang mengisi kekosongan hatimu. Seharusnya, aku tak perlu merasa seperti itu, karena kau masa lalu, karena kita tak terikat apa-apa lagi. Benar, akulah yang bodoh, yang tak memutuskan diri untuk segera berhenti. Aku masih berjalan, terus berjalan, dengan penutup mata yang tak ingin kubuka. Semuanya gelap, tanpamu... kosong.

Ternyata, hari berlalu dengan sangat cepat. Sudah setahun, dan sudah tak terhitung lagi berapa frasa kata yang terucap untukmu di dalam doa. Salahku, yang terlalu perasa. Salahku, yang mengartikan segalanya dengan sangat berani. Kupikir, dengan ikuti aturanku, semua akan semakin sempurna. Lagi dan lagi, aku salah, dan kamu memilih untuk pergi. Ini juga salahku, karena tak mengunci langkahmu ketika ingin menjauh.

Setelah perpisahan itu, hari-hari yang kulalui masih sama. Aku masih mengerjakan rutinitasku. Dan, aku mulai berusaha mencari penggantimu. Mereka berlalu-lalang, datang dan pergi, ada yang diam berlama-lama, ada yang hanya ingin singgah. Semua berotasi, berputar, dan berganti. Namun, tak ada lagi yang sama, kali ini semua berbeda. Tak ada kamu yang dulu, tak ada kita yang dulu. Ya, kenangan berasal dari masa lalu tapi tetap punya tempat tersendiri di hati yang sedang bergerak ke masa depan.

Hidupku tak lagi sama, dan aku masih berjuang untuk melupakan sosokmu yang tak lagi terengkuh oleh pelukkan. Padahal, aku masih jalani hari yang sama, aku masih menjadi diriku, dan jiwaku masih lekat dengan tubuhku. Tapi, masih ada yang kurang dan berbeda. Kesunyian ini bernama... tanpamu.

Jika jemari ditakdirkan untuk menghapus air mata, mengapa kali ini aku menghapus air mataku sendiri? Di manakah jemarimu saat tak bisa kauhapuskan air mataku?

1 September 2011-1September 2012
Selamat (gagal) satu tahun.
Jika kau rindukan kita yang dulu, aku pun juga begitu

Surga atau Neraka

Bu Guru: “Anak-anak. Siapa yang mau masuk surga?”
Anak-anak: (Dengan serempak) “Sayaa!”
Mukidi: (Lagi duduk di belakang hanya diam saja).
Bu Guru: “Siapa yang mau masuk neraka?”
Anak-anak: “Tidak mauu!”
Mukidi: (Tetap diam saja).
Bu guru: (Mendekat) “Mukidi, kamu mau masuk surga atau neraka?”
Mukidi: “Tidak kedua-duanya Bu Guru.”
Bu Guru: “Kenapa?”
Mukidi: “Habis waktu ayah saya mau meninggal, beliau berpesan. Mukidi, apapun yang terjadi kamu harus masuk TENTARA.

Kamis, 10 November 2016

Awan yang Gemuruh tak Akan Mampu Menghalangi Kesetiaanmu IBU (Tugas)

        Kekuatan terbesar dari diriku sekarang adalah peran dari orang tuaku saat ini, terutama semangat yang diberikan dari seorang ibu yang telah merawat dan memberikan seluruh hidupnya untuk kepentinganku. kerja keras, pengorbanan, dan tentunya banyak hal yang tidak bisa diperhitungkan satu demi satu waktu demi waktu.
"Kasih anak sepanjang galah kasih ibu sepanjang masa" banyak orang yang berkata demikian, dan tidak banyak pula yang mematahkan kalimat tersebuat.
Harus diakui, semua yang beliau berikan takkan dapat tergantikan jerih payahnya dan waktunya yang terbuang hanya untuk membuat kita menjadi anak yang bisa dibanggakan, berguna untuk semua orang takkan dapat ditebus sekuat apapun kita mengusahakannya.
Namun hanya berbuat baik kepadanya, menuruti nasehatnya dan terpenting selalu membuatnya merasa bahagia saja yang saat ini bisa dilakukan untuk sedikit meringankan bebannya.

      Sering kali setelah kita mulai beranjak dewasa, kebiasaan bersama ibu mulai berkurang, waktu kita untuk ibu juga mulai berkurang. seiring dengan kesibukan yang kita miliki membuat diri kita lama-lama menjauh dengan ibu, apalagi untuk anak yang merantau, tentu jarak merupakan faktor pemisah kita dengan sang Ibunda. walaupun begitu, kita tetap harus menyayangi beliau, kita harus meluangkan waktu kita untuk ibu, semakin dia Tua, harusnya kita memberikan perhatian lebih kepadanya, jangan sampai kamu menyesal diakhir nanti.


      Usia kitapun beranjak perlahan, Ingatkah ketika hari pertama kita masuk sekolah
Engkaulah jiwa dan ragaku
Engkaulah sosok wanita idola yang datang untuku
Tak pantas aku menyakiti hatimu yang begitu tulus menyayangiku
Setiap hari kau selalu mendoakn anak-anakmu
Engkau tak pernah marah jika anakmu nakal
Engkau selalu sabar dalam mendidik kami
Kasih ibu sepanjang masa
Hanya memberi tak hanya kembali
Aku berjanji tak akan membuatmu menangis
Aku ingin membuatmu selalu Tersenyum
Terima kasih ibu atas segalanya
Aku sangat menyayangimu



Setiap pagi, Ibu selalu memandikan kita, menyuapi kita, mengantar kita dan menunggui kita, Ibu begitu sabar mengiringi hari kita di sekolah.
Kita hanya bermain ketika itu……


Lalu ketika kita beranjak remaja………

Ibupun tak henti untuk menghawatirkan kita……

Ketika kita sering pulang terlambat dengan berbagai alasaan……

Ibu hanya menatap dengan penuh cemas……

Padahal mungkin kita hanya bersenang-senang di luar sana……

Jangan sampai ada penyesalan dengan mengatakan "belum sempat membahagiakannya"
Jangan sampai ada penyesalan "pernah melukai hatinya"
Jangan sampai jangan sampai dan jangan sampai 



klik video dibawah ini agar kita bisa belajar menyayangi Ibu...



  Janjiku untukmu, janjiku bahagiakanmu, janjiku menaatimu, dan janjiku untuk menemanimu mengiringi tuamu.
Aku tidak akan menghianati lelahmu
Aku tidak akan menghianati tulusmu
Aku tidak akan menghianati semua yang sudah kau berikan percuma
Jangan biarkan aku melukaimu
Jangan biarkan kataku membuatmu tak enak
Engkaulah wanita yang terindah yang pernah ku punya

klik video dibawah ini agar kita dapat menghargai seorang ibu selama Ibu masih ada



      Sekarang jangan pernah ada malu, karena akan menambah lama dan terlalu lama aku menunggu mengungkapan isi hatiku.
Sudah bukan waktunya untuk memendam dan menyembunyikan perasaan yang tidak salah. Jangan hanya tulisan saja bisa diungkapkan, jangan hanya dijari saja bisa tersampaikan semoga memang kasih sayang itu nyata selalu ada di lakuku,lisanku, semua hal yang terlihat dikeseharianku.
Semoga aku akan benar - benar bisa membuatmu nyaman memiliki anak sepertiku. Trimakasih untuk 21 tahun ini yang sudah diberikan untukku, terimakasih dan terimakasih.